Breaking News

laporan praktikum kromatografi pemisahan komponene ekstrak etanolik rimpang jahe merah dan putih

LAPORAN PRAKTIKUM KROMATOGRAFI
PEMISAHAN KOMPONEN EKSTRAK ETANOLIK RIMPANG JAHE MERAH DAN PUTIH ( Zingiber Officinale )
Oleh. Wahyu Kumil Laila (Universitas Darussalam Gontor)

I.                   TUJUAN
1.      Melakukan pamisahan komponen ekstrak etanolik rimpang jahe merah dan putih dengan kromatografi lapis tipis.
2.      Mengidentifikasi komponen ekstrak etanolik rimpang jahe merah dan putih secara kualitatif.
II.                DASAR TEORI
Jahe merupakan spesies tumbuhan dengan klasifikasi kingdom plantae, subkingdom tracheobionta, divisi sphermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas monokotyledone, subkelas commenlinidae, bangsa zingiberales, suku zingiberaceae, marga zingiber, dan spesies zingiber officinale. ( Muhlisoh, 1999)
Rimpang jahe merupakan sallah satu rempah-rempah yang berasal dari negeri timur dan telah dikenal di Eropa, Yunani, dan Roma. Negara-negara penghasil jahe di dunia adalah India, Kalkuta, Jamaika, Jepang, dan China Selatan. Jahe dapat digunakan sebagai bumbu untuk masakan, bahan baku minuman dan obat-obatan. Dalam bidang makanan atau minuman, jahe dapat dibuat wedang jahe, sekoteng, manisan jahe, wedang kopi, dan sebagainya. Dalam bidang obat-obatan, jahe berkhasiat untuk mengobati berbagai macam penyakit seperti masuk angin, cacingan, encok, bronkitis, asma, penyakit jantung dan meperbaiki pencernaan. (Darwis.et.al , 1991)
Kandungan rimpang jahe terdiri dari 2 komponen, yakni :
1.      Komponen volatile, sebagian besar terdiri dari derivate seskuiterpen 1 >50% dan monoterpen. Komponen inilah yang ada dalam aroma jahe, dengan konsentrasi yang cenderung konstan yakni 1-3%. Derivate seskuiterpen yang terkandung diantaranya zingiberene (20-30%), a-curcumene (6-19%), b-sesquiphelandrene (7-12%), dan b-bisabolene (5-12%). Sedangkan derivate monoterpen yang terkandung diantaranya a-pirene, bornyl asetat, borneol, camphene, p-cymine, cineol, citral, cumene, b-elemene, farnese, b-phelandrene, p-cymene, limanene.
2.      Komponen non volatile terdiri dari oleorosin (4,0-7,5%). Ketika rimpang jahe diekstraksi dengan pelarut, maka akan didapatkan elemen pedas seperti gingerol, elemen non pedas, serta minyak essensial lainnya. Senyawa lain yang lebih pedas namun memiliki konsentrasi yang lebih rendah ialah shogaol. Gingerol dan shogaol telah diidentifikasi sebagai komponen anti oksidan fenolik jahe. (Widiyanti, 2009)
Salah satu metode yang dapat digunakan untuk pemisahan komponen-komponen di dalam jahe adalah kromatografi lapis tipis (KLT). KLT adalah cara cepat dan mudah untuk melihat kemurnian suatu sampel maupun karakteristik sampel dengan menggunakan standar. Cara ini praktis untuk analisis skala kecil karena hanya memerlukan bahan yang sangat sedikit dan waktu yang dibutuhkan singkat. Kemurnian suatu senyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi pada eluen KLT. (Day.RA, 2006)
Dasar pemisahan KLT adalah perbedaan kecepatan migrasi diantara fase diam yang berupa padatan dan fase gerak yang berupa campuran solven ( eluen ) yang juga dikenal dengan istilah pelarut pengembang campur. Pemisahan yang terjadi berdasarkan adsorbsi dan partisi, campuran akan dijumpai telah berpindah dari daerah penotolan dan telah terpisah seluruhnya menjadi komponen-komponen sebagai spot atau noda yang jelas. Spot-spot tertentu tampak di bawah sinar UV atau denga menyemprotkan reagen yang spesifik pada KLT sebagai uji bercak. (Day.RA, 2006)
Jenis eluen yang digunakan tergantung sampel yang akan dipisahkan. Eluen yang menyebabkan seluruh noda yang ditotolkan pada plat naik sampai batas atas plat tanpa mengalami pemisahan, dikatan terlalu polar. Sebaliknya, apabila noda yang ditotolkan sama sekali tidak bergerak maka eluen tersebut kurang polar. (Rohman, 2007). Harga Reterdation factor (Rf) adalah
Rf = jarak dari garis awal ke pusat zona/jarak dari garis awal ke garis depan pelarut

III.             ALAT DAN BAHAN
A.    Alat
No.
Nama alat
Jumlah
1.       
Gelas beaker 250 ml
2 buah
2.       
Gelas ukur 10 ml
2 buah
3.       
Gelas ukur 5 ml
1 buah
4.       
Pipet tetes
1 buah
5.       
Spatula
1 buah
6.       
Lumpang dan alu
2 buah
7.       
Pipet kapiler
1 buah
8.       
Alat tulis (penggaris, pensil, gunting)

9.       
Lampu UV
1 buah
10.   
Cling wrap
secukupnya

B.     Bahan
No.
Nama bahan
Jumlah
1.       
Jahe merah
1 gram
2.       
Jahe putih
1 gram
3.       
Plat KLT silaka gel
5x7 cm
4.       
Solven = etanol:kloroform:etil asetat
(4:1:1)
(4 ml:1 ml: 1 ml)
5.       
Alkohol
secukupnya

IV.             PROSEDUR KERJA
1.      Timbang rimpang jahe merah dan putih 1 gram. Kemudian dilarutkan dalam etanol secukupnya
2.       Disiapkan gelas beaker yang sudah terisi dengan :
N-heksana : 4 ml
Kloroform : 1 ml
Etil asetat : 1 ml
3.       Gelas beaker ditutup dengan cling wrap untuk proses penjenuhan.
4.      Plat KLT 5x7 cm ditandai menggunakan pensil, 1 cm pada tepi bawah dan 1 cm pada tepi atas
5.       Ekstrak sampel ditotolkan 3 kali pada tepi bawah plat KLT, kemudian biarkan hingga kering
6.       Plat KLT dimasukkan dalam gelas beaker yang telah berisi eluen dan dibiarkan hingga elusi mencapai batas atas
7.       Setelah elusi selesai plat KLT diangkat dan dibiarkan hinga kering
8.       Setelah mngering, diamati di bawah sinar lampu UV dan ditandai menggunakan pensil.
9.       Warna diamati dan dihitung masing-masing nilai Rf nya

V.                PERHITUNGAN

Rf = jarak dari garis awal ke pusat zona/jarak dari garis awal ke garis depan pelarut
                 
1.      Rimpang jahe merah :
a.       0,6/5=0.12
b.      2,3/5=0,46
Rata-rata : 0,12+0.46=0,29
2.      Rimpang jahe putih :
a.       0,3/5=0,06
b.      2,2/5=0,44
Rata-rata : 0.06+0,44-0,25
VI.             DATA PENGAMATAN
Sampel
Jumlah/warna
Jarak tempuh
Jarak eluen
Nilai Rf
Jahe merah
2, kuning neon
0,6
5 cm
0,12
Kuning neon
2,3
5 cm
0,46
Jahe putih
2, kuning neon
0,3
5 cm
0,6
Kuning neon
2,2
5 cm
0,44

VII.          PEMBAHASAN
Pada percobaan ini, dilakukan pemisahan komponen dalam ekstrak etanolik rimpang jahe merah dan putih. Pemisahan komponen berdasarkan proses terjadinya ekstraksi dari tingkat energi yang rendah ke tingkat energi yang tinggi, akibat adanya penyerapan radiasi dalam daerah UV oleh suatu molekul yang memiliki ikatan rangkap yang terkonjugasi atau gugus kromofor yang terikat dengan gugus auksokrom.
Diawali dengan pembuatan ekstrak etanolik rimpang jahe yaitu dengan menimbang masing-masing jahe sebnyak 1 gram dan digerus hingga halus kemudian dilarutkan dalam etanol. Langkah selanjutnya, membuat eluen dengan menyiapkan gelas beaker dan diisi dengan n-heksana:kloroform:etil asetat (4:1:1) yang kemudian ditutup menggunakan cling wrap. Untuk fase diamnya, menggunakan plat KLT silika gel yang berukuran 5x7cm yang ditandai menggunakan pensil pada batas tepi atas dan pada batas bawah. Langkah terakhir, yaitu pemisahan komponen dengan menotolkan ekstrak etanolik rimpang jahe merah dan putih pada plat KLT lalu dimasukkan dalam gelas beaker yang berisi eluen. Dibiarkan hingga elusi sampai batas atas lalu diangkat. Setelah palt kering, diamati dibawah lampu UV dan bercak/spot ditandai menggunakan pensil. Dihitung masing-masing nilai Rf nya.
Eluen yang digunakan yaitu n-heksan, kloroform karena eluen ini tidak mengandung alkohol yang menyerap di daerah UV pendek. Sedangkan pada eluen kloroform, walaupun dapat menyerap kuat di daerah 200-600nm, tetapi sangat cocok untuk mengukur spektrum tumbuhan karotenida di daerah spektrum tampak.
Penamampakan noda pada sinar UV, disebabkan karena adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh auksokrom yang terdapat pada noda tersebut. Gugus kromofr adalah gugus atom yang dapat menyerap radiasi elektromagnetik (sinar UV) dan mempunyai ikata rangkap tak jenuh (terkonjugasi). Sedangkan gugus terkonjugasi adalah struktur molekul dengan ikatan rangkap tak jenuh lebih dari satu ynag berada berseling-seling dengan ikatan tunggal. Flouresensi warna yang tampak tersebut merupakan emisi cahaya yang dipancarkan oleh komponen tersebut ketika elektron yang tereksitasi dari tingkat energi dasar ke tingkat energi tinggi. Perbedaan energi emisi yang dipancarkan pada saat kembali ke energi dasar inilah yang menyebabkan perbedaan flouresensi warna yang dihasilkan oleh tiap noda.
Apabila warna noda yang tampak berwarna gelap, berarti yang berflouresensi adalah plat KLT nya, bukan sampelnya. Sedangkan apabila warna noda yang tampak berwarna terang berarti yang berflouresensi adalah sampel yang diteliti bukan plat KLTnya.
Hasil dari percobaan kali ini adalah, pada sampel jahe merah dan putih, keduanya mempunyai warna spot kuning neon (terang) yang menunjukkan adanya flouresensi pada sampelnya. Dan untuk hasil Rf nya, diperoleh : pada rimpang jahe merah :0,12;0,46 dan diperoleh rata-rata 0,29. Dan pada rimpang jahe putih : 0,06;0,44 dengan rata-rata : 0,25.
Faktor yang mempengaruhi harga Rf adalah :
1.      Ukuran partikel pada adsorben
2.      Derajat keaktifan dari lapisan penjerap
3.      Ketetapan perbandingan dari eluen
4.      Konsentrasi zat yang dipanaskan
5.      Kejenuhan chamber
6.      Diametern penotolan
7.      Tehnik percobaan
8.      Suhu
9.      Keseimbangan
10.  Jumlah cuplikan yang digunakan
11.  Eluen (pelarut)

VIII.       KESIMPULAN
1.      Hasil percobaan menghasilkan harga Rf :
a.       Rimpang jahe merah 0,12 dan 0,46
Dengan rata-rata 0,29
b.      Rimpang jahe putih 0,06 dan 0,44
Dengan rata-rata 0,25
2.      Warna komponen kuning neon yang menunjukkan adanya flouresensi pada sampel rimpang jahe merah dan putih
3.      Kloroform berfungsi mengukur spektrum tumbuhan karotenida di daerah spektrum tampak.
4.      Warna yang tampak pada sinar UV, disebabkan karena adanya interaksi antara sinar UV dengan gugus kromofor yang terikat oleh gugus auksokrom yang terdapat pada noda tersebut.

IX.             DAFTAR PUSTAKA
Darwis.et.al, 1991, Tumbuhan Obat Famili Zingiberene, Pusat Penelitian Pengembangan Tanaman Industri, Bogor
Day.RA dan Underwood,A.L, 2006, Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam, Erlngga, Jakarta
Mufidah. M. W, 2001, Panduan Praktikum Kimia Analisis (Fitokimia), Laboratorium Farmakologi Jurusan Farmasi FMIPA, Universitas Padjajaran, Bandung
Stahl. E (peny), 1969, Thin Layer (Tomatography, tbn. 2, George Allen dan Uwin, London)
Rahman. A, 2007, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
Widiyanti. Ratna. F, 2009, Analisis Kandungan Jahe, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Tidak ada komentar